Kelompok Budidaya Cacing Malang

Menjadi pionir dalam usaha Budidaya Cacing di Kota Malang

Sabtu, 23 November 2013

Budidaya Cacing bisa Ditemukan di Google Map


Kabar menggembirakan bagi warga yang ingin belajar budidaya cacing ataupun ingin bergabung dalam budidaya cacing di Kota Malang. Bila anda kesulitan mencari alamat tentang usaha kami anda bisa langsung menuju google map. Hanya dengan masukkan kata kunci “budidaya cacing” maka akan langsung diarahkan pada alamat yang dituju sehingga anda tidak akan kesulitan mencari alamat tersebut.
Langkah dalam menemukan adalah dengan masuk ke serach engine atau google lalu ketik google map lalu pilih. Selanjutnya anda akan menuju halaman google map. Pada halaman tersebut  anda masukkan mengisikan kata kunci “budidaya cacing” seperti di bawah ini :

Budidaya Cacing


Bagi pelanggan yang ingin memesan bisa langsung menuju ke alamat. Bagi semua kalangan yang ingin belajar bagaimana tentang budidaya cacing tanah bisa , tempat terbuka untuk umum, bahkan bagi yang ingin belajar bisa langsung bertanya kepada bapak Adam sang pemilik usaha, atau kepada para pegawai. Dari warga kota Malang banyak yang berkunjung ke tempat.  Sekian terima kasih semoga bermanfaat.

Jumat, 18 Oktober 2013

Budidaya Cacing dengan Media Jerami

budidaya cacing tanah dengan jerami
Cacing tanah dapat hidup dengan optimal pada media yang sesuai dengan kebutuhannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing tanah adalah suhu, kelembaban, keasaman (pH) dan ketersediaan bahan organik dalam media. Suhu media yang sesuai untuk pertumbuhan cacing tanah dan penetasan kokon berkisar antara 15 sampai 26 oC. Kelembaban media ideal untuk cacing tanah berkisar antara 60 sampai 85%. Kelembaban mempengaruhi pertumbuhan, daya reproduksi dan daya serap cacing tanah terhadap oksigen. Keasaman (pH) media yang ideal untuk cacing tanah berkisar antara 6 sampai 7,2. Bahan organik yang dibutuhkan cacing tanah harus mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.

Beberapa syarat bahan organik yang dapat digunakan sebagai media untuk budidaya cacing tanah antara lain mempunyai daya serap yang tinggi untuk menahan air, gembur, tidak mudah menjadi padat, mudah terurai, tidak mengandung tanah permukaan, berfungsi sebagai pakan cacing tanah, tidak mengandung tanin (alkaloid), terdiri dari bahan organik berserat yang telah mengalami pelapukan antara 50 sampai 65%, kandungan protein yang dapat langsung dicerna dalam media tidak terlalu tinggi, dan tidak mengandung minyak astiri yang berbau tajam Pelepah dan kulit buah pisang serta jerami padi merupakan salah satu sumber bahan organik yang dapat dijadikan media pertumbuhan cacing tanah karena memiliki kandungan air tinggi, selalu lembab dan tetap dingin walaupun pada hari-hari panas. Kondisi tersebut sangat baik untuk memaksimalkan produksi kokon.

Cara penggunaan media adalah, dua bagian campuran potongan (sekitar 2 cm) limbah tanaman pisang dengan perbandingan sama ditambahkan pada tiga bagian potongan (sekitar 2 cm) jerami padi. Campuran limbah tersebut ditambah dengan isi rumen sapi dengan perbandingan 5 : 1, kemudian difermentasi selama dua minggu pada tempat lembab dengan dilakukan pengadukan dua hari sekali.Bahan organik yang akan digunakan sebagai media pertumbuhan cacing tanah harus sudah mengalami proses fermentasi. Fermentasi dalam hal ini merupakan proses perombakan struktur keras secara fisik, kimia dan biologi menjadi bahan yang lebih sederhana. Proses tersebut dapat meningkatkan daya cerna cacing tanah terhadap bahan organik. 

Jumat, 27 September 2013

Manfaat Limbah Kascing sebagai Kesuburan Tanaman

budidaya cacing di malang
Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk  mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan oleh faktor yang berkaitan dengan karakteristik pupuk anorganik, antara lain kandungan unsur hara yang relatif tinggi dan penggunaan yang relatif praktis, meskipun sebenarnya petani menyadari harga pupuk anorganik lebih mahal. Kondisi ini semakin terasa dengan semakin naiknya harga sarana produksi pertanian, terutama pupuk organik. Namun proses pengomposan
secara alami untuk mendapatkan pupuk organik memerlukan waktu yang cukup lama dan dianggap kurang dapat mengimbangi kebutuhan yang terus meningkat. Untuk mengantisipasi terjadinya kekosongan pupuk organik kini ditemukan beberapa aktivator yang  dapat mempercepat proses  pengomposan sehingga kontinuitas produksi pupuk organik lebih terjamin.


Kompos cacing tanah atau terkenal dengan casting yaitu proses pengomposan
juga dapat melibatkan organisme makro seperti cacing tanah. Kerjasama antara
cacing tanah dengan mikro organisme memberi dampak proses penguraian yang
berjalan dengan baik. Walaupun sebagian besar proses penguraian dilakukan
mikroorganisme, tetapi kehadiran cacing tanah dapat membantu proses tersebut
karena bahan-bahan  yang akan diurai oleh mikroorganisme telah diurai lebih
dahulu oleh cacing. Dengan  demikian, kerja mikroorganisme lebih efektif dan
lebih cepat.

Hasil dari proses vermikomposting ini berupa casting. Ada juga orang
mengatakan bahwa casting  merupakan kotoran cacing yang dapat berguna
untuk pupuk. Casting ini mengandung partikel-partikel kecil dari bahan organik
yang dimakan cacing dan  kemudian dikeluarkan  lagi. Kandungan casting
tergantung pada bahan organik dan jenis cacingnya. Namun umumnya casting
mengandung unsur hara yang dibutuhkan  tanaman seperti nitrogen, fosfor,
mineral, vitamin. Karena mengandung unsur hara yang lengkap, apalagi nilai
C/N nya kurang dari 20 maka casting dapat digunakan sebagai pupuk.

Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan

Senin, 09 September 2013

Tepung Cacing sebagai Antibiotik Unggas


manfaat cacing
Telah dilakukan penelitian tentang pemanfaatan tepung cacing tanah (TCT) sebagai suplemen pakan unggas untuk menggantikan peran antibiotik komersial. Saat ini penggunaan senyawa antibiotik dalam ransum ternak telah menjadi perdebatan sengit oleh para ilmuwan akibat efek buruk yang ditimbulkan tidak hanya bagi ternak tetapi juga bagi konsumen yang mengkonsumsi produk ternak tersebut melalui residu yang ditinggalkan baik pada daging, susu maupun telur.

Penggunaan antibiotik berakibat buruk bagi ternak diakibatkan resistensi ternak terhadap jenis-jenis mikro-organisme patogen tertentu. Oleh karena itu, berbagai upaya telah dilakukan untuk mencari bahan tambahan dalam pakan ternak sebagai pengganti antibiotik yang berbahaya tersebut. Beberapa zat aditif pengganti antibiotik telah digunakan oleh peternak untuk memacu produksi dan reproduksi seperti probiotik dan prebiotik, asam-asam organik, lemak esensial (esensial oil) dan berbagai jenis enzim. Salah satu bahan yang juga berpotensi untuk dapat dimanfaatkan sebagai antibiotik alami adalah tepung cacing tanah (TCT). Cacing tanah mengandung senyawa ”lumbricin” yang dapat berfungsi sebagai antibakteri patogen. Tepung cacing tanah dapat menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella sp. dan E. coli

Berdasarkan penelitian UPT Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia LIPI menunjukkan tepung cacing tanah sebagai suplemen pakan dapat berpotensi digunakan sebagai pengganti antibiotik kimia. tepung cacing berperan ganda dalam proses metabolisme di saluran pencernaan ayam yaitu sebagai antibiotik pencegah berkembangnya bakteri patogen seperti Salmonella sp. dan E. coli serta sebagai pensuplai kebutuhan asam amino yang berfungsi sebagai penyusun bagian daging dalam karkas.Hal ini dikarenakan  tepung cacing tanah berperan dalam membantu kerja limfa. Ayam yang terinfeksi penyakit tentunya akan mengalami perubahan adaptasi yaitu pada sistem kekebalan tubuhnya untuk melawan penyakit tersebut, diantaranya adalah berperannya fungsi organ limfa. Kerja organ ini akan lebih tinggi.Pada ternak yang terinfeksi maka ukuran organ limfanya akan lebih besar. tepung cacing dalam hal ini membantu berperan sebagai antibiotik, yaitu menghambat pertumbuhan bakteri patogen Salmonella sp. yang diinfeksikan ke dalam tubuh ternak ayam. menyatakan bahwa konsentrasi optimal tepung cacing tanah untuk menghambat pertumbuhan bakteri adalah 75%. Fungsi usus dalam mencerna dan menyerap makanan dapat terjaga sehingga proses metabolisme dapat berjalan dengan baik. Pada akhirnya pembentukan daging atau karkas juga tidak terganggu walaupun terinfeksi penyakit.

Maka dari itu persentase karkas jika dibandingkan dengan penggunaan antibiotik komersial tidak mengalami perbedaan yang nyata. Pemberian suplemen pakan mengandung tepung cacing  tidak memberikan pengaruh negatif terhadap persentase karkas dan organ dalam ayam pedaging


Sumber : Jurnal UPT Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia LIPI






Minggu, 08 September 2013

Apa yang dimaksud dengan Cacing Tanah?


cacing tanah
Cacing tanah termasuk binatang invertebrata (tidak bertulang belakang). Ia hidup di dalam tanah yang gembur dan lembab. Cacing tanah mengandung kadar protein tinggi, sekitar 76%, jauh lebih tinggi daripada kadar protein pada daging mamalia (65%) dan ikan (50%).

Cacing tanah, ternyata bukanlah hewan yang asing bagi masyarakat kita, Hewan ini tampak begitu lunak dan bagi sebagian orang menganggap sangat menjijikan. Akan tetapi hewan ini mempunyai potensi yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah karena tidak mempunyai tulang belakang (invertebrata). Di Indonesia, cacing tanah dikenal ada tiga jenis, yaitu cacing kalung, cacing merah, dan cacing koot.
Peranan cacing tanah ini sebenarnya telah diketahui sejak dahulu kala. Se­orang ahli Yunani, Aristoteles, banyak menaruh perhatian terhadap cacing tanah. Ia menyebut cacing tanah adalah perutnya bumi.

Pada tahun 69-30 Sebelum Masehi, ratu cantik Cleopatra yang saat itu berkuasa di Mesir melarang bangsa Mesir memindahkan cacing tanah ke luar dari Mesir, bahkan petaninya dilarang menyentuh cacing sebab pada zaman itu cacing tanah dianggap sebagai Dewa Kesuburan.
Dalam catatan klasik Tiongkok, cacing tanah disebut tilung atau naga tanah. Cacing ini sejak dahulu kala mereka gunakan dalam berbagai ramuan untuk menyembuhkan bermacam-macam penyakit.

Seorang cendekiawan terkenal, Charles Darwin, telah menghabiskan waktunya selama hampir 40 tahun untuk mengamati kehidupan cacing tanah. la menyebut cacing tanah sebagai mahluk penentu keindahan alam dan pemikat bumi. Para petani pun telah mengetahui secara turun-temurun, bahwa cacing tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah pertanian.