Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan oleh faktor yang berkaitan dengan karakteristik pupuk anorganik, antara lain kandungan unsur hara yang relatif tinggi dan penggunaan yang relatif praktis, meskipun sebenarnya petani menyadari harga pupuk anorganik lebih mahal. Kondisi ini semakin terasa dengan semakin naiknya harga sarana produksi pertanian, terutama pupuk organik. Namun proses pengomposan
secara alami untuk mendapatkan pupuk organik memerlukan waktu yang cukup lama dan dianggap kurang dapat mengimbangi kebutuhan yang terus meningkat. Untuk mengantisipasi terjadinya kekosongan pupuk organik kini ditemukan beberapa aktivator yang dapat mempercepat proses pengomposan sehingga kontinuitas produksi pupuk organik lebih terjamin.
juga dapat melibatkan organisme makro seperti cacing tanah. Kerjasama antara
cacing tanah dengan mikro organisme memberi dampak proses penguraian yang
berjalan dengan baik. Walaupun sebagian besar proses penguraian dilakukan
mikroorganisme, tetapi kehadiran cacing tanah dapat membantu proses tersebut
karena bahan-bahan yang akan diurai oleh mikroorganisme telah diurai lebih
dahulu oleh cacing. Dengan demikian, kerja mikroorganisme lebih efektif dan
lebih cepat.
Hasil dari proses vermikomposting ini berupa casting. Ada juga orang
mengatakan bahwa casting merupakan kotoran cacing yang dapat berguna
untuk pupuk. Casting ini mengandung partikel-partikel kecil dari bahan organik
yang dimakan cacing dan kemudian dikeluarkan lagi. Kandungan casting
tergantung pada bahan organik dan jenis cacingnya. Namun umumnya casting
mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti nitrogen, fosfor,
mineral, vitamin. Karena mengandung unsur hara yang lengkap, apalagi nilai
C/N nya kurang dari 20 maka casting dapat digunakan sebagai pupuk.
Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan